A Day to Remember
Ego...
You left me without saying a word...
You left me without saying...
You left me...
You left...
Ya, ego. Itulah hal yang membedakan antara manusia dengan
makhluk hidup lain. Itulah keistimewaan yang dihadiahkan kepada manusia dari
sang Pencipta. Dari ego kita tahu kapan kita harus berhenti, kapan kita harus
menempatkan segala sesuatunya. Namun dari ego jugalah kita bisa menjadi kalap,
menghalalkan segala cara untuk memuaskan nafsu kita. Atau juga dari ego,
membuat suatu dua insan yang saling menyapa, bersua satu sama lain menjadi
diam, gersang tanpa suatu salam hangat yang biasa dilontarkan.
Dan aku adalah salah satu manusia yang lahir dan dibesarkan
dalam lingkungan dengan ego yang tinggi. Aku terbiasa makan dengan sendok
perak. Hampir segala hal yang aku inginkan dapat dengan mudah tersaji didepan
mataku. Namun sekarang roda sudah berputar, tapi kebiasaan yang sudah tertanam
tak mungkin lagi dihapuskan. Aku meneruskan tradisi dari keluargaku, lingkungan
yang telah membawaku hingga saat ini. Meskipun aku tahu banyak hal baik dan
buruk dari yang kecil hingga yang besar berlalu lalang disekitarku, selama
tidak berefek apapun terhadp hidupku maka aku hanya akan memandangnya sebelah
mata. Hingga tanganmu menyadarkanku.
Tahukah engkau? Kedatanganmu, kehadiranmu, kata katamu,
senyum manismu, sedikit banyak sudah merubahku, merubah hidupku, merubah cara
pandangku, merubah motivasiku, dan merubah jalan hidupku. Aku mulai menata,
menulis dengan indah doa doa tentangmu dalam setiap heningku. Dan dalam riangku
aku selalu memikirkanmu, dengan segala hal yang akan dan telah kita lalui
bersama. Dirimu adalah salah satu kuasa Tuhan yang berperan penting dalam lika
liku kehidupanku. Meskipun aku tahu tidak semua hal bisa bertahan untuk
selamanya.
Ketika engkau mulai melangkah menjauh, terlena dengan
keraguan, menari bersama ketidakpastian dalam irama ketidakpercayaan, semua hal
yang telah kita lalui seakan tak pernah ada harganya dengan setitik nila yang
sudah jatuh. Ucapanku pun hanya menjadi hiasan mulut yang bingung merangkai
kalimat demi kalimat hanya untuk membuatmu percaya kembali. Hingga pada
batasnya, ia mulai menyerah, ia menerima semua macam keadaan yang akan terjadi,
ia lebih memilih untuk menikmati waktu yang terjadi, entah akhiran apa yang
akan ia temui bersamamu, yang penting ia tahu bahwa ia tak sendirian, masi ada
kamu.
Walaupun engkau tahu bahwa aku selalu hidup dalam batas. Dan
tiap manusia selalu mempunyai batasannya sendiri bukan, terhadap suatu hal. Ketika
aku sudah melewati batas itu, yang ada hanyalah seseorang yang tidak pernah
kuharapkan untuk muncul, sikap yang tak pernah kumaksudkan untuk keluar, dan
kata yang tak pernah mewakili apa yang kurasa. Hingga pada akhirnya yang
tersisa hanyalah penyesalan, menaungi hari hari kelabu yang semakin kelam.
Kuharap suatu saat akan datang lagi, kesempatan kedua
untukku kembali menggenggam relung hatimu, dengan tangan yang akan menebar
kebahagiaan. Untukmu dariku, permintaan maaf yang tak pernah terjawab, tanya
yang tak pernah terucap, dan kata yang tak pernah kau tahu artinya, semoga hal
kecil ini bisa engkau telaah, ketika jiwamu sudah kembali putih dan biru seluas
samudra.
You left me without saying a word...
You left me without saying...
You left me...
You left...
0 komentar: